Wednesday, April 13, 2011

Diet Tinggi Serat Untuk Menjauhkan Risiko Kanker Usus

KANKER usus besar (kolon) dan usus pembuangan akhir (rektum) memiliki banyak persamaan. Oleh sebab itu, keduanya kerap disebut dengan kanker kolorektal.

Kebanyakan kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), di mana terbentuk sebuah polip pada stadium awal. Polip dapat diangkat dengan mudah, namun sering kali tidak menampakkan gejala sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama. Dan, pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian usus besar.

Kanker kolorektal dapat menyebar keluar dari jaringan usus besar ke bagian tubuh lainnya. Faktanya, 25 persen penderita kanker kolorektal berusia di bawah 39 tahun dengan jumlah yang sama pada pria maupun wanita. Lebih dari 600 ribu orang di dunia meninggal akibat kanker kolorektal setiap tahun.



Gejala-gejala yang tampak dari kanker kolorektal, di antaranya:

- Pendarahan pada usus besar; ditemukannya darah pada feses saat buang air besar (BAB).
- Perubahan kebiasaan BAB, meliputi frekuensi dan konsistensi BAB (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas dan berlangsung lebih dari enam pekan.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Rasa sakit di perut atau bagian belakang.
- Perut masih terasa penuh meskipun sudah BAB.

Sementara, mereka yang berisiko terkena kanker kolorektal, antara lain:

- Menerapkan pola makan yang salah (asupan makanan tinggi lemak dan protein serta rendah serat)
- Obesitas atau kegemukan
- Riwayat keluarga dengan kanker kolorektal
- Pernah memiliki polip di usus
- Umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun)
- Jarang melakukan aktivitas fisik

“Kemunculan kanker umumnya disebabkan karena ketidakmampuan tubuh memerbaiki sel tubuh. Seseorang yang memiliki berat badan berlebih, misalnya, juga memiliki kadar gula darah berlebih di mana resistensi insulin bisa terjadi. Dan saat aktivitas tubuh berkurang, terjadilah obesitas,” papar dr Fiastuti Witcjaksono MS SpGK, clinical nutrition specialis MRCCC Siloam Hospitals Semanggi pada acara temu media penanggulangan kanker kolorektal di Jakarta, beberapa waktu lalu.

dr Fiastuti menyarankan, perbanyak asupan serat untuk mengalahkan kemungkinan risiko kanker kolorektal.

“Kandungan serat membantu saluran cerna tubuh agar lebih cepat dan lebih lancar BAB. Sehingga, makanan yang penuh racun tidak akan kontak langsung dengan usus,” imbuhnya.

Cara lain saja yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker kolorektal, seperti berolahraga selama 30-60 menit 5 kali sepekan, menjaga berat badan dengan pola makan tinggi serat dan rendah lemak), dan kurangi konsumsi alkohol dan rokok yang juga berkaitan erat dengan jenis kanker lambung dan saluran pencernaan.

Lantas, bagaimana mendeteksi keberadaan kanker kolorektal? Caranya dengan penapisan dan deteksi dini, terdiri dari:

1. Pemeriksaan darah dalam feses/darah samar; pemeriksaan sederhana ini merupakan tes penapisan awal kanker kolorektal.
2. Kolonoskopi; merupakan pemeriksaan yang paling akurat.
3. Flexible Sigmoidoscopy.
4. Barium Enema.
5. Ultrasound; pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk mengambil gambar di bagian dalam tubuh.
6. Virtual Colonoscopy (CT colonography); pemeriksaan ini membuat rekonstruksi 3 dimensi dari usus besar untuk mendeteksi adanya kelainan.

sumber : http://lifestyle.okezone.com/

Mulailah hidup sehat dengan NUTRISI

0 comments: